Pengambilan Keputusan Berbasis Nilai-nilai Kebajikan Seorang Pemimpin

Bagaimana filosofi Ki Hajar Dewantara dengan Pratap Triloka memiliki kaitan dengan penerapan pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin?

Filosofi Ki Hajar Dewantara dan Pratap Triloka memengaruhi bagaimana seorang guru, dalam perannya sebagai pemimpin pembelajaran, membuat keputusan. Prinsip-prinsip yang diusulkan oleh KHD, yang tetap relevan hingga saat ini, adalah sebagai berikut:

“Ing Ngarso Sung Tulodho” (Seorang pemimpin harus memberi contoh), “Ing Madya Mangunkarsa” (Seorang pemimpin harus memberikan dorongan, semangat, dan motivasi), dan “Tut Wuri Handayani” (Seorang pemimpin harus memberikan dukungan dari belakang). Dalam konteks ini, seorang pemimpin, atau guru, harus menjadi teladan bagi murid-muridnya, memberikan semangat dan motivasi dari posisi tengah, serta memberikan dukungan dari belakang untuk kemajuan mereka. Semboyan ini memiliki makna yang mendalam dan dapat digunakan sebagai dasar untuk pengambilan keputusan, yang selalu mengutamakan kepentingan murid agar mereka menjadi generasi yang cerdas dan berbudi pekerti, sebagaimana tercermin dalam profil pelajar Pancasila. Hal ini dapat diterapkan dalam proses pembelajaran di sekolah, di mana tidak hanya fokus pada kurikulum, tetapi juga memperhatikan transfer nilai-nilai moral yang diterapkan secara eksplisit dalam pengambilan keputusan. Proses pengambilan keputusan ini dilakukan dengan tanggung jawab penuh.

Bagaimana nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita, berpengaruh kepada prinsip-prinsip yang kita ambil dalam pengambilan suatu keputusan?

Nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita memiliki pengaruh yang signifikan terhadap prinsip-prinsip yang kita yakini dalam pengambilan keputusan. Nilai-nilai tersebut menjadi landasan moral yang memandu tindakan kita, membentuk pandangan kita tentang apa yang benar dan salah, serta menentukan prioritas dan komitmen kita dalam berbagai situasi. Ketika kita memegang teguh nilai-nilai seperti kejujuran, empati, tanggung jawab, atau keadilan, prinsip-prinsip ini akan menjadi filter dalam proses pengambilan keputusan, mendorong kita untuk membuat pilihan yang sesuai dengan nilai-nilai tersebut, bahkan jika itu mungkin menghadirkan tantangan atau pengorbanan. Dengan demikian, nilai-nilai internal kita memainkan peran utama dalam membentuk integritas dan konsistensi dalam keputusan-keputusan yang kita buat. Jika dihubungan dengan modul 2.2 tentang kompetensi sosial emosional, maka dalam proses pengambilan keputusan yang bertanggung jawab harus dilakukan dengan kesadaran diri (self awareness), pengelolaan diri (self management), kesadaran sosial (social awareness) dan keterampilan berhubungan sosial (relationship skills), serta dalam suasana jiwa dan raga yang hadir sepenuhnya (mindfullness).

Bagaimana materi pengambilan keputusan berkaitan dengan kegiatan coaching (bimbingan) yang diberikan pendamping atau fasilitator dalam perjalanan proses pembelajaran kita, terutama dalam pengujian pengambilan keputusan yang telah kita ambil? Apakah pengambilan keputusan tersebut telah efektif, masihkah ada pertanyaan-pertanyaan dalam diri kita atas pengambilan keputusan tersebut?

Tidak dapat dipungkiri bahwa kita sering dihadapkan pada berbagai masalah yang memerlukan pengambilan keputusan. Dalam mengambil keputusan, langkah-langkah yang merujuk pada prinsip tertentu sangat penting, terutama ketika keputusan tersebut berkaitan dengan masa depan suatu organisasi, terutama yang memiliki sifat strategis.

Salah satu faktor yang sangat berperan dalam proses pengambilan keputusan adalah kemampuan coaching. Sebagai pendidik, guru harus memiliki keterampilan coaching. Selama proses pembelajaran, bimbingan dalam pengambilan keputusan melalui kegiatan coaching yang dilakukan oleh fasilitator sangat efektif dalam membantu pemahaman. Beberapa contoh praktik coaching dalam modul 2.3 memberikan gambaran yang lengkap untuk diterapkan di sekolah.

Keputusan yang diambil dengan pendekatan coaching yang didasarkan pada etika dan nilai-nilai moral serta sejalan dengan visi misi sekolah yang mendukung perkembangan siswa dan menciptakan lingkungan yang positif di sekolah. Pendekatan coaching dilakukan dengan prinsip kesetaraan, sehingga tidak terasa menggurui, melainkan menciptakan rasa nyaman. Coach mampu mengidentifikasi permasalahan dan mengajukan pertanyaan yang relevan kepada coachee. Demikian pula, coachee merasa nyaman untuk mengungkapkan hambatan-hambatan mereka dan mencari solusi yang sesuai. Ini karena coach adalah pendengar yang baik dan membantu menganalisis permasalahan melalui

pertanyaan-pertanyaan yang relevan. Dengan bantuan coaching, guru dapat mengatasi masalah yang dihadapi siswa dalam proses pembelajaran. Sebagai seorang coach yang baik, guru memiliki harapan tinggi terhadap kemampuan siswanya untuk menjalankan tugas dan tanggung jawab mereka di sekolah dengan baik.

Bagaimana kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari aspek sosial emosionalnya akan berpengaruh terhadap pengambilan suatu keputusan khususnya masalah dilema etika?

Kemampuan seorang guru dalam mengelola dan memahami aspek sosial-emosional memiliki dampak yang signifikan pada proses pengambilan keputusan. Dalam setiap pengambilan keputusan, penting untuk berpegang pada nilai-nilai moral dan mengikuti regulasi yang berlaku, mengacu pada 9 langkah pengambilan keputusan. Dengan menggunakan kerangka kerja ini, kita dapat menganalisis dan membedakan antara dilema etika dan pertimbangan moral.

Kesadaran sosial-emosional individu akan memunculkan rasa empati dan simpati, yang memungkinkan kita untuk memahami pandangan orang lain. Dengan empati dan simpati, kita dapat merasakan apa yang dialami oleh peserta didik, sehingga kita dapat dengan bijaksana mengidentifikasi permasalahan saat mengambil keputusan. Sebagai guru yang berperan sebagai pemimpin pembelajaran, tindakan kita harus selalu didasarkan pada kepentingan murid. Setiap keputusan yang diambil harus mempertimbangkan berbagai faktor yang berpusat pada kesejahteraan murid, sesuai dengan prinsip-prinsip etika dan nilai-nilai moral yang terkait dengan empat paradigma, yaitu individu vs. masyarakat, rasa keadilan vs. rasa kasihan, kebenaran vs. kesetiaan, dan jangka pendek vs. jangka panjang. Tiga prinsip utama, yaitu prinsip berbasis hasil akhir, prinsip berbasis peraturan, dan prinsip berbasis rasa peduli, juga harus diperhatikan dalam pengambilan keputusan ini, yang dapat dilakukan melalui 9 langkah berikut:

    • Mengenali nilai-nilai yang bertentangan
    • Menentukan siapa yang terlibat dalam situasi tersebut
    • Kumpulkan fakta-fakta yang relevan dengan situasi tersebut
    • Pengujian benar atau salah dengan uji legal, uji regulasi, uji intuisi/perasaan, uji publikasi, dan uji panutan.
    • Pengujian paradigma benar lawan benar (gunakan 4 paradigma)
    • Melakukan prinsip resolusi (gunakan 3 prinsip)
    • Investigasi opsi trilema (pilihan keputusan yang lain)
    • Buat keputusan
    • Lihat lagi keputusan dan refleksikan

Bagaimana pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika kembali kepada nilai-nilai yang dianut seorang pendidik?

Mengkaji studi kasus yang menitikberatkan pada isu moral atau etika akan memperkaya kemampuan empati dan simpati seorang pendidik. Pendidik yang telah terlatih akan memiliki kapasitas empati dan simpati yang kuat, memungkinkan mereka mengenali dan memahami paradigma dilema etika dengan lebih baik, yang pada gilirannya akan membantu dalam pengambilan keputusan yang bijaksana sebagai pemimpin pembelajaran.

Selama proses pengambilan keputusan, kebijakan yang diterapkan akan selalu berfokus pada keberpihakan dan prioritas murid, yang bertujuan agar setiap permasalahan dapat diselesaikan dengan solusi yang tepat. Pendidik yang mampu menganalisis permasalahan dari berbagai perspektif dan dapat membedakan apakah situasi tersebut merupakan dilema etika atau bujukan moral, akan dapat mengambil keputusan dengan tepat.

Ketika seorang pendidik menghadapi kasus-kasus yang melibatkan masalah moral dan etika, nilai-nilai yang mereka anut akan mempengaruhi keputusan yang diambil. Jika nilai-nilai yang dianut bersifat positif, maka keputusan yang diambil akan sesuai, benar, dan dapat dipertanggungjawabkan. Sebaliknya, jika nilai-nilai yang dianut tidak sejalan dengan norma moral, agama, atau etika, keputusan yang diambil cenderung didasarkan pada pandangan pribadi. Selain itu, pemeriksaan studi kasus yang berfokus pada masalah moral atau etika juga dapat mempertajam dan memperbaiki keterampilan dalam pengambilan keputusan, sehingga memungkinkan untuk dengan jelas membedakan antara dilema etika dan pertimbangan moral. Hasilnya, keputusan yang diambil akan lebih akurat dan dapat memenuhi kebutuhan murid serta menciptakan keamanan dan kebahagiaan bagi semua pihak berdasarkan prinsip-prinsip kebenaran dan kebajikan.

Bagaimana pengambilan keputusan yang tepat, tentunya berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman.

Setiap tindakan yang kita lakukan, baik secara langsung maupun tidak langsung, akan memiliki dampak pada pelaksanaan pembelajaran dan akan memengaruhi situasi di sekolah. Oleh karena itu, setiap keputusan yang kita buat haruslah akurat dan cerdas, didasarkan pada nilai-nilai moral, contoh yang baik, dan kebijaksanaan, serta tidak boleh melanggar standar norma yang berlaku. Dengan prinsip-prinsip ini sebagai panduan, kita dapat menciptakan lingkungan sekolah yang positif, mendukung, aman, dan nyaman. Hal ini akan memungkinkan para murid untuk belajar dengan efektif dan mengembangkan keterampilan mereka dengan baik.

Apakah tantangan-tantangan di lingkungan Anda untuk dapat menjalankan pengambilan keputusan terhadap kasus-kasus dilema etika ini? Adakah kaitannya dengan perubahan paradigma di lingkungan Anda?

Proses pengambilan keputusan didasarkan pada tiga prinsip pemecahan dilema, yaitu

Berorientasi pada Hasil Akhir (Ends-Based Thinking), Berorientasi pada Aturan (Rule-Based Thinking), dan Berorientasi pada Empati (Care-Based Thinking). Pemilihan prinsip ini akan disesuaikan dengan situasi dan kondisi yang ada. Meskipun setiap keputusan memiliki risiko, kelebihan, dan kekurangan, ini menghadirkan suatu tantangan yang khusus. Tantangan yang saya hadapi saat harus membuat keputusan terkait dilema etika adalah merasa tidak nyaman karena sulit memuaskan semua pihak. Namun, dengan mengikuti langkah-langkah pengambilan keputusan yang mencakup sembilan langkah, perasaan ketidaknyamanan dapat diminimalkan, dan keputusan yang saya ambil dapat diterima oleh semua pihak.

Apakah pengaruh pengambilan keputusan yang kita ambil ini dengan pengajaran yang memerdekakan murid-murid kita? Bagaimana kita memutuskan pembelajaran yang tepat untuk potensi murid kita yang berbeda-beda?

Pengaruh dari pengambilan keputusan yang mendorong kemerdekaan belajar bagi para murid adalah terciptanya konsep merdeka belajar. Dengan konsep ini, murid diberikan kebebasan untuk mengejar keberhasilan dan kebahagiaan sesuai minat dan potensi mereka tanpa tekanan atau paksaan dari pihak manapun. Tujuannya adalah agar murid dapat mencapai kesuksesan dalam bidang yang mereka pilih, merasa bahagia karena sesuai dengan aspirasi pribadi, dan bertanggung jawab atas pilihan-pilihan mereka. Prinsip utama di sini adalah bahwa semua keputusan yang diambil harus mendukung perkembangan murid, dengan peran guru sebagai fasilitator yang membantu mengembangkan bakat dan minat alami yang dimiliki oleh murid.. Melalui pendekatan pembelajaran yang beragam, kita dapat menyesuaikan kebutuhan unik setiap siswa berdasarkan bakat dan kemampuan mereka. Guru berperan sebagai fasilitator yang mendukung siswa dalam memahami materi dan mempromosikan pembelajaran yang berpusat pada siswa.

Bagaimana seorang pemimpin pembelajaran dalam mengambil keputusan dapat mempengaruhi kehidupan atau masa depan murid-muridnya?

Keputusan yang dibuat oleh seorang pemimpin pembelajaran akan memiliki konsekuensi yang berdampak, baik dalam jangka panjang maupun jangka pendek bagi para murid. Tindakan yang kita ambil dan keputusan yang kita buat akan menjadi catatan yang memberikan contoh tentang cara berpikir dan bertindak bagi murid-murid di masa depan ketika mereka menghadapi situasi pengambilan keputusan dalam masyarakat. Ini menjadi dasar bagi pentingnya pengambilan keputusan yang tepat, benar, dan bijak oleh pendidik, melalui analisis yang mendalam dan uji coba yang cermat terhadap implikasi keputusan tersebut. Pengujian ini melibatkan lima aspek, yaitu uji kelayakan secara hukum, uji ketaatan terhadap regulasi, uji kesesuaian dengan norma institusi, uji keterbukaan kepada publik, dan uji kesesuaian dengan panutan atau tokoh teladan. Semua ini bertujuan untuk memastikan bahwa keputusan yang diambil adalah akurat dan telah diuji dengan baik, sehingga tidak akan menyesatkan para murid.

Apakah kesimpulan akhir yang dapat Anda tarik dari pembelajaran modul materi ini dan keterkaitannya dengan modul-modul sebelumnya?

Kesimpulan dari materi ini adalah bahwa pengambilan keputusan adalah suatu kompetensi yang harus dimiliki oleh guru dalam perannya sebagai pendidik. Guru harus menjalankan tugasnya dengan berlandaskan pada filosofi Ki Hajar Dewantara, karena setiap keputusan yang diambil akan memengaruhi pola pikir dan karakter murid. Agar keputusan tersebut memberikan manfaat yang luas dan menciptakan lingkungan yang positif, aman, dan nyaman, maka harus didasarkan pada budaya positif dan mengikuti alur yang terstruktur seperti BAGJA. Hal ini dilakukan untuk membantu murid mencapai profil pelajar Pancasila, walaupun dalam perjalanannya seringkali menghadapi dilema etika dan bujukan moral. Oleh karena itu, diperlukan panduan sembilan langkah dalam pengambilan dan pengujian keputusan, sehingga keputusan yang diambil selalu mendukung kepentingan murid.

Sekolah bertanggung jawab memberikan pelayanan, bimbingan, pendidikan, dan pengajaran kepada peserta didik untuk meningkatkan perilaku mereka. Pengambilan keputusan adalah bagian penting dalam menjalankan fungsi sekolah ini, dan guru sebagai pemimpin pembelajaran harus mampu mengambil keputusan yang bijaksana dengan memprioritaskan nilai-nilai kebajikan yang telah disepakati. Keputusan yang diambil oleh pemimpin pembelajaran, dengan mengikuti alur BAGJA, selalu berfokus pada menciptakan budaya yang positif dan lingkungan yang nyaman (well-being). Guru memiliki tanggung jawab untuk membimbing murid menjadi individu yang cerdas dan berakhlak baik, sesuai dengan profil pelajar Pancasila. Semua ini memerlukan komitmen dari semua pihak. Dalam menghadapi berbagai tantangan, baik itu dilema etika maupun bujukan moral, panduan sembilan langkah dalam pengambilan keputusan dan pengujian sangat penting agar keputusan yang diambil selalu mendukung kepentingan murid dalam merdeka belajar. Salah satu aspek penting dari merdeka belajar adalah implementasi pembelajaran berdiferensiasi yang memenuhi kebutuhan individual murid berdasarkan bakat, minat, dan gaya belajar mereka.

Sejauh mana pemahaman Anda tentang konsep-konsep yang telah Anda pelajari di modul ini, yaitu: dilema etika dan bujukan moral, 4 paradigma pengambilan keputusan, 3 prinsip pengambilan keputusan, dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan. Adakah hal-hal yang menurut Anda di luar dugaan?

Saya tidak menyangka bahwa dalam pengambilan keputusan, tidak hanya cukup bergantung pada pemikiran untung-rugi semata. Ternyata, sangat penting untuk memiliki paradigma, prinsip, dan langkah-langkah pengujian yang mendorong agar keputusan yang diambil tepat, berpihak kepada murid, meminimalkan resiko dan memberikan manfaat kepada banyak orang. Selain itu, secara pribadi, pengambilan keputusan juga memerlukan sikap keberanian, dengan semua konsekuensinya yang harus dihadapi.

Sebelum mempelajari modul ini, pernahkah Anda menerapkan pengambilan keputusan sebagai pemimpin dalam situasi moral dilema? Bilamana pernah, apa bedanya dengan apa yang Anda pelajari di modul ini?

Sebelum memahami modul ini, saya pernah menghadapi situasi dilema etika dalam pengambilan keputusan. Pada saat itu, pendekatan saya hanya terbatas pada pemikiran dan beberapa pertimbangan. Saya merasa yakin bahwa keputusan saya sesuai dengan aturan dan tidak akan merugikan banyak orang. Namun, setelah mempelajari modul ini, pengetahuan saya telah berkembang, dan saya telah mempraktikkan cara pengambilan keputusan yang lebih tepat dengan mengikuti langkah-langkah tertentu yang didasarkan pada paradigma dan prinsip-prinsip yang relevan.

Bagaimana dampak mempelajari konsep ini buat Anda, perubahan apa yang terjadi pada cara Anda dalam mengambil keputusan sebelum dan sesudah mengikuti pembelajaran modul ini?

Konsep yang telah saya pelajari dari modul ini memiliki dampak yang signifikan pada cara saya memandang suatu proses pengambilan keputusan. Sebelumnya, saya beranggapan bahwa pengambilan keputusan yang didasarkan pada regulasi dan aspek sosial sudah mencukupi, namun sekarang saya menyadari bahwa ada banyak faktor yang menjadi dasarnya. Dalam konteks ini, terdapat empat paradigma dalam dilema etika, yaitu: individu vs. komunitas, keadilan vs. belas kasihan, kebenaran vs. loyalitas, dan jangka pendek vs. jangka panjang. Semua ini bersandar pada tiga prinsip dan mengikuti sembilan langkah tertentu. Saya berencana untuk menerapkan kerangka kerja ini dalam setiap pengambilan keputusan, baik sebagai pemimpin pembelajaran maupun dalam pengambilan kebijakan di sekolah dan dalam komunitas praktisi. Dengan berlandaskan pada prinsip-prinsip ini, saya yakin bahwa keputusan yang saya buat akan lebih tepat dan akurat, serta senantiasa berpihak pada kepentingan murid.

Seberapa penting mempelajari topik modul ini bagi Anda sebagai seorang individu dan Anda sebagai seorang pemimpin?

Isi dari modul 3.1 memiliki signifikansi yang besar bagi saya, karena dalam peran apa pun dan di mana pun kita berada, kita akan dihadapkan pada situasi di mana kita harus membuat keputusan. Keputusan ini kemudian akan membentuk kebijakan-kebijakan yang akan mempengaruhi perjalanan sekolah menuju pencapaian merdeka belajar dan profil pelajar Pancasila. Salah satu langkah penting untuk mencapai hal ini adalah melalui pengembangan keterampilan pengambilan keputusan yang berakar pada nilai-nilai kebajikan bagi seorang guru. Dasar dalam proses pengambilan keputusan ini mengacu pada sembilan langkah, empat paradigma, dan tiga prinsip. Selain itu, keputusan juga harus melalui tiga uji, yaitu Uji Intuisi yang terkait dengan pemikiran berdasarkan peraturan, Uji Publikasi yang berkaitan dengan pemikiran berdasarkan hasil akhir, yang memberikan penekanan pada hasil akhir, dan Uji Panutan/Idola yang berkaitan dengan prinsip pemikiran berdasarkan perasaan peduli.

Demikian koneksi antar materi yang saya paparkan, saya menyadari masih banyak kekurangan, oleh karena itu mohon masukannya agar menjadikan motivasi bagi saya untuk selalu tergerak belajar demi kemajuan pengajaran kepada murid.

Guru tergerak, bergerak dan menggerakan.

Guru bergerak Indonesia maju.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *